Dukung Rakernas LDII 2023, Ketua MPR RI : Lompatan Kemajuan Teknologi Informasi Ibarat Pisau Bermata Dua, Satu Sisi Efisiensi Dan Sisi Lain Residu
JAKARTA, SS - Ketua
MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo
mendukung dilaksanakan Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
tahun 2023 yang akan digelar pada tanggal 7-9 November 2023 di Jakarta.
Diikuti oleh 11.000 pengurus LDII dari seluruh Indonesia, Rakernas LDII
2023 mengangkat tema 'Mewujudkan SDM Profesional Religius Dalam Bingkai
NKRI Untuk Indonesia Emas 2045'.
"Diperlukan pembangunan wawasan kebangsaan yang kuat bagi seluruh elemen bangsa guna menyongsong era Indonesia Emas 2045. Untuk itu, simbol-simbol kebangsaan perlu diinternasisasikan kepada generasi penerus sejak usia dini. Baik melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal yang menjadi basis pemahaman kecintaan terhadap tanah air," ujar Bamsoet saat menerima Pengurus LDII di Jakarta, Selasa (17/10/23).
Pengurus LDII yang hadir antara lain Ketua Umum Chriswanto Santoso, Sekretaris Umum Dody Taufiq Wijaya, Ketua Sudarsono, Wasekjen Rioberto Sidauruk dan OKK Rahmat Tri Fahmi.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, membangun wawasan kebangsaan di era digital seperti saat ini mempunyai tantangan yang lebih kompleks. Perkembangan media informasi, media sosial dan komunikasi yang berkembang pesat telah mendorong percepatan proses diseminasi informasi yang nyaris tanpa batas. Derasnya arus globalisasi yang ditopang pesatnya kemajuan teknologi informasi, telah mengantarkan pada era disrupsi, era digital, era 'the internet of things', dan turut menghadirkan berbagai tantangan kebangsaan yang muncul dengan berbagai dimensinya.
"Lompatan kemajuan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi menawarkan efisiensi dan simplifikasi dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, disisi lain lain juga berpotensi menghasilkan residu dan dampak negatif pada dimensi kehidupan kebangsaan kita. Fenomena ini dapat dirasakan dalam bentuk melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman, demoralisasi generasi muda bangsa, tergerusnya kearifan lokal dan nilai-nilai luhur adat budaya bangsa, serta hadirnya faham-faham dan produk-produk yang dikemas menarik," kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menambahkan, membangun wawasan kebangsaan bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan secara instan dan serta merta. Tetapi, membutuhkan proses agar benar-benar matang dan membumi.
"Membangun wawasan kebangsaan harus dilaksanakan masif agar dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat dan mengisi setiap ruang publik. Dan yang tidak kalah pentingnya, membangun wawasan kebangsaan harus dilaksanakan secara berkesinambungan, agar tertanam kuat dan tidak mudah goyah oleh arus perubahan zaman," pungkas Bamsoet.
"Diperlukan pembangunan wawasan kebangsaan yang kuat bagi seluruh elemen bangsa guna menyongsong era Indonesia Emas 2045. Untuk itu, simbol-simbol kebangsaan perlu diinternasisasikan kepada generasi penerus sejak usia dini. Baik melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal yang menjadi basis pemahaman kecintaan terhadap tanah air," ujar Bamsoet saat menerima Pengurus LDII di Jakarta, Selasa (17/10/23).
Pengurus LDII yang hadir antara lain Ketua Umum Chriswanto Santoso, Sekretaris Umum Dody Taufiq Wijaya, Ketua Sudarsono, Wasekjen Rioberto Sidauruk dan OKK Rahmat Tri Fahmi.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, membangun wawasan kebangsaan di era digital seperti saat ini mempunyai tantangan yang lebih kompleks. Perkembangan media informasi, media sosial dan komunikasi yang berkembang pesat telah mendorong percepatan proses diseminasi informasi yang nyaris tanpa batas. Derasnya arus globalisasi yang ditopang pesatnya kemajuan teknologi informasi, telah mengantarkan pada era disrupsi, era digital, era 'the internet of things', dan turut menghadirkan berbagai tantangan kebangsaan yang muncul dengan berbagai dimensinya.
"Lompatan kemajuan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi menawarkan efisiensi dan simplifikasi dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, disisi lain lain juga berpotensi menghasilkan residu dan dampak negatif pada dimensi kehidupan kebangsaan kita. Fenomena ini dapat dirasakan dalam bentuk melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman, demoralisasi generasi muda bangsa, tergerusnya kearifan lokal dan nilai-nilai luhur adat budaya bangsa, serta hadirnya faham-faham dan produk-produk yang dikemas menarik," kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menambahkan, membangun wawasan kebangsaan bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan secara instan dan serta merta. Tetapi, membutuhkan proses agar benar-benar matang dan membumi.
"Membangun wawasan kebangsaan harus dilaksanakan masif agar dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat dan mengisi setiap ruang publik. Dan yang tidak kalah pentingnya, membangun wawasan kebangsaan harus dilaksanakan secara berkesinambungan, agar tertanam kuat dan tidak mudah goyah oleh arus perubahan zaman," pungkas Bamsoet.
(*) SS
Komentar
Posting Komentar